Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Akhirnya Seorang Joe Biden Jadi Presiden Terpilih Pada Pilpres Amerika Serikat 2020.

Akhirnya Seorang Joe Biden Jadi Presiden Terpilih Pada Pilpres Amerika Serikat 2020.
Hasil akhir Pilpres (Pemilihan Presiden) Amerika Serikat (AS) 2020 akhirnya seorang Joe Biden kandidat dari Partai Demokrat menjadi Presiden terpilih AS.

Hal ini di landasi pada proyeksi Decision Desk HQ yang sudah yakin akan hitungannya sudah mencapai 99 persen.

Dengan melihat proyeksi hasil ini, seorang Biden menjadi hasil akhir calon presiden terpilih AS pada Pilpres Amerika Serikat 2020. 

Biden adalah seorang Mantan Wakil Presiden pada masa Barack Obama itu sudah mengalahkan lawannya seorang petahanana Republik yaitu Donald Trump satu kali menyelesaikan empat tahun masa kepresidenan taipan real estat tersebut. 

Perlohean kemenangan Biden di pastikan pada hari Jumat 06 November 2020 jam 9:30 pagi waktu amerika serikat bagian timur. 

Decision Desk HQ memproyeksikan kemenangan Biden di negara bagian Pennsylvania yang memberikannya 273 electoral votes. 

Diperlukan minimal sekitar 270 electoral votes agar bisa memenangkan Pilpres Amerika Serikat. 

Sedangkan Associated Press belum memproyeksikan kemenangan Biden walau sebetulnya hampir bisa di pastikan hanya tinggal menunggu waktu saja. 

Proyeksi Associated Press akan menyampaikan 284 electoral votes kepada seorang Biden ditambah dengan negara bagian Arizona. 

Biden harus berterima kasih banyak, terutama kepada para pendukungnya yang di trio swing states Rust Belt karena telah menjadi kunci krusial kemenangannya. 

Politisi senior dari Delaware itu berhasil merebut kembali serta merestorasi “Blue Firewall” dari tangan Trump. 

Blue Firewall” merujuk pada tiga negara bagian yaitu : 
  • Rust Belt, 
  • Pennsylvania, 
  • Wisconsin, 
Serta Michigan, yang selalu kompak memilih capres Demokrat sejak pilpres 1992 hingga pilpres 2012. 

Ketiga negara bagian industrial yang bertempat di Midwestern Amerika Serikat tersebut adalah merupakan sebuah benteng pertahanan electoral college Partai Demokrat, dengan identik warna biru. 

Donal Trump di mana sebelumnya secara mengejutkan telah mengalahkan keperkasaan partai Demokrat selama dua periode dengan capresnya pada waktu itu Hillary Clinton di trio swing states yang di dominasi pekerja pria berkerah biru tanpa pendidikan universitas itu. 

Walaupun Donal Trump memiliki pendukung blok atau pemilih industrial berkulit putih, namun Biden berhasil mengalahkan mayoritas pemdukung Trump tersebut, dengan raihan suara yang lebih baik banyak di bandingkan Hillary Clinton.

Pada awalnya memang partai Demokrat sempat optimis seorang Biden dan wakilnya bisa meraih kemenangan dengan cepat.
 
Tetapi sayangnya kegagalan Biden dalam memperoleh dukungan suara di Florida, swing state krusial di Sun Belt, malah menunda kemenangannya.

Suami dari Jill Biden ini tidak berdaya di Sunshine State karena apa ? karena sedikitnya perolehan dukungan dari pemilih Hispanik. 

Sehingga hal seperti ini sangat mengejutkan sekali karena blok pemilih dari Hispanik adalah demografi pendukung atau pemilih yang sangat loyal kepada partai Demokrat. 

Namun hasil yang di peroleh sungguh menyedihkan di Florida, namun tidak berefek ke swing states Sun Belt Lainnya. 

Biden sudah dipastikan menang di Arizona serta berpeluang besar dapat membirukan Georgia. 

Kedua negara bagian ini adalah swing states baru yang di kenal sebagai salah satu basis terkuat pendukung Partai Republik selama puluhan tahun, Arizona dan Georgia perlahan tapi pasti semakin kompetitif karena perubahan demografi. 
 
Georgia dan Arizona terakhir dimenangkan capres Demokrat, ketika itu, Bill Clinton masing-masing pada pilpres 1992 dan 1996. 

Secara demografi nasional, kunci kemenangan Biden terletak pada meningkatnya dukungan dari pemilih kulit putih terhadapnya terutama dari blok pemilih suburban dan blok pemilih wanita khususnya yang berpendidikan universitas. 

Blok pemilih suburban yang dikenal adalah pendukung tradisional Partai Republik mengalihkan dukungannya ke Demokrat, melanjutkan tren perubahan peta politik AS yang terjadi sejak hasil pemilu sela (midterm) 2018. 

Pemilih suburban yang tersebar mulai dari suburb Milwaukee di Wisconsin hingga suburb Atlanta di Georgia gerah dengan kontroversi dan kekacauan pemerintahan Trump. 

Mereka adalah blok penyangga kemenangan besar Demokrat pada pemilu House of Representatives (DPR AS) pada pemilu sela 2018. 

Isu-isu yang menjadi fokus perhatian pemilih suburban adalah isu kesehatan terutama jaminan asuransi kesehatan (Obamacare), penanganan pandemi Covid-19, dan hubungan ras Trump telah berupaya menakut-nakuti pemilih suburban jika mereka memilih Biden, maka daerah tempat tinggal mereka akan rusuh seperti yang terjadi di Minneapolis dan Kenosha. 

Upayanya gagal dan memastikan percepatan perpindahan dukungan demografi pemilih suburban dari Republik ke Demokrat. 

Sementara itu blok pemilih wanita juga meninggalkan Trump terutama di tengah ancaman terhadap hak aborsi wanita AS, setelah dikonfirmasinya Hakim berhaluan konservatif yang dekat dengan Partai Republik, Amy Comey Barrett sebagai Hakim baru Mahkamah Agung AS. 

Blok pemilih minoritas yaitu Hispanik dan Afro-Amerika yang selama ini adalah basis kuat Demokrat tanpa diduga mengalihkan dukungan mereka kepada Trump. 

Perpindahan suara ini tidaklah besar namun cukup untuk membuat hasil pilpres lebih ketat dari prediksi. 

Tanpa dukungan kuat pemilih suburban dan anjloknya dukungan dari pemilih minoritas, Biden hampir pasti akan kalah atau bahkan meraih hasil lebih buruk dari Clinton.