Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Biografi Munir Said Thalib Aktivis Ham Indonesia

 

Biografi Munir Said Thalib Aktivis Ham Indonesia

Siliput.com - Barangkali keadilan adalah satu kata yang paling sensitif bagi sebagian besar orang, khususnya masyarakat Indonesia. Mengapa tidak, jika pada orde baru banyak sekali aktivis hak asasi manusia yang memperjuangkan nasib rakyat lewat jalur independen dan cenderung menentang pemerintahan 

Yang berkuasa kala itu harus rela hilang dan tidak kembali atau kembali dalam keadaan tidak bernyawa. Berhasil digulingkan pada tahun 1998, Indonesia akhirnya ada pada titik yang sering disebut reformasi. 

Namun, berganti menjadi reformasi ternyata tidak berarti bagi pejuang hak asasi manusia "HAM". Lihat saja contohnya, pembunuhan di pesawat pada aktivis hak asasi manusia yang dikenal sangat tajam dalam mengkritik pemerintahan, Ya ialah Munir Said Thalib.

Berawal dari Naiknya nama Munir sebagai salah satu pejuang bagi orang-orang hilang yang diculik oleh Tim Mawar dari Kopassus setelah masa tergulingnya Soeharto dari pemerintahan, Munir ternyata menjadi target pembunuhan selanjutnya. 

Banyak desas desus menyebutkan, dari Munir, kebenaran tentang kasus penculikan yang ada pada masa itu akan terkuak. Jauh sebelum namanya melambung, sejak tahun 1998, pria kelahiran Malang, 8 Desember 1965 

Itu telah banyak berkontribusi dalam memperjuangkan hak asasi manusia "HAM". Munir bahkan dikenal sangat berani dalam bertindak. Beberapa kasus pelanggaran HAM yang berhasil ditangani Munir 

Salah satunya adalah kasus hilangnya 24 aktivis dan mahasiswa di Jakarta Sekitaran "1997-1998", pembunuhan besar-besaran terhadap masyarakat sipil di Tanjung Priok sekitaran "1984 hingga 1998", 
dan penembakan mahasiswa di Semanggi, Tragedi I dan II "1998-1999". 

Terlebih dari itu, masih banyak kasus yang sedikit demi sedikit membuat namanya semakin banyak dikenal masyarakat.

Semasa kuliah di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, ayah dari dua anak ini aktif berorganisasi dan bergabung dengan Himpunan Mahasiswa Islam "HMI". Latar belakang lain kegilaannya dalam dunia hukum dan hak asasi manusia 

Dipengaruhi oleh perkenalannya dengan sosok demonstran bernama Bambang Sugianto yang acap kali mengajaknya berdebat dan membuatnya terpacu untuk menekuni dunia hukum lebih lanjut. 

Ditambah lagi dengan pengaruh buku tentang memperjuangkan nasib buruh yang ia baca, 

Semakin menambah ketertarikannya untuk menekuni dunia perburuhan. Hingga pada tahun 1996, suami dari Suciwati ini mendirikan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan, 

Dari sanalah tindak agresifnya demi kemajuan hak asasi manusia semakin terlihat nyata. Tak hanya Kontras, Munir juga mendirikan Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia, Imparsial.

Lincah dan berani dalam menentang ketidakadilan pada pemerintahan orde baru membuat Munir tidak disenangi oleh kalangan petinggi sekaligus menjadi target operasional intelejen. Hal inilah diduga banyak orang sebagai latar belakang pembunuhan Munir yang terjadi di pesawat tujuan Belanda.

Berkeinginan untuk melanjutkan studi di Universitas Ultrech, Munir yang sudah banyak diincar oleh orang-orang yang tidak suka dengan perjuangannya ternyata telah direncanakan pembunuhan atasnya. Saat itu, pesawat baru saja tinggal landas dari bandara Changi Singapura, 

Munir yang sebelumnya minum jus jeruk tiba-tiba mengeluh sakit perut, menduga jika penyakit maagnya kambuh akibat jus jeruk dan meminta obat pada pramugari yang tengah melintas saat itu. Namun, obat yang dikehendaki Munir tidak tersedia saat itu, 

Sehingga Munir hanya bisa menahan sakit dan berulang kali muntaber serta buang air besar. Hingga perjalanan sampai di India, Munir meminta pramugara untuk memanggilkan dokter Tarmizi yang kebetulan sempat berkenalan saat transit di Singapura. 

Banyak cara yang dilakukan dokter spesialis bedah toraks kardiovaskular tersebut untuk membantu Munir, diantaranya dengan memberikan obat sakit perut New Diatabs 

Serta obat mual dan perih kembung Zantacts dan Promag yang dibawa Tarmizi sendiri karena pihak pesawat tidak menyediakan obat saat itu. Tak berlangsung lama, Tarmizi kemudian menyuntikkan obat antimual dan muntah, Primperam, yang berhasil membuat Munir tertidur selama 2-3 jam. 

Namun, lagi-lagi saat itu Munir mengeluh perutnya kembali sakit dan ia memutuskan untuk pergi ke toilet. Karena sakit perutnya tak kunjung reda, akhirnya Tarmizi menyuntikkan Diazepam, obat penenang, pada bahu kanan Munir. Tak bereaksi banyak, 

Munir masih merasakan sakit pada perutnya. Hingga akhirnya dalam rentang waktu Munir beristirahat sebelum 2 jam pesawat mendarat di Bandara Schipol, purser yang menjaga Munir menemukan Munir tertidur dalam posisi miring dengan air liur tak berbusa. 

Mendapati pergelangan tangan yang membiru, purser segera memanggil Tarmizi untuk mengecek lebih lanjut. Dan, benar saja, Munir dinyatakan telah meninggal empat puluh ribu kaki di atas tanah Rumania.

Pada 12 November 2004, polisi Belanda yang telah melakukan otopsi mengeluarkan berita mengejutkan yakni ditemukan senyawa arsenik pada tubuh Munir yang diduga diberikan pada jus jeruk yang diminum.

Selang satu tahun, kasus pembunuhan Munir masih tak terungkap. Sejauh itu, hanya Pollycarpus Budihari Priyanto, pilot Garuda, yang dijatuhi hukuman penjara 14 tahun atas keterkaitannya terhadap pembunuhan Munir. 

Menyusul temuan percakapan antara Polly dan Muchdi Purwopranjono, mantan petinggi BIN dan militer. Muchdi diadili, namun, saat itu hakim memberikan vonis bebas atasnya yang berbalik pada penangkapan hakim yang mengadili Muchdi.

Hingga kini, delapan tahun berselang, masih saja kasus pembunuhan Munir tak kunjung terkuak. Jelas, sengaja ditutupi oleh pihak-pihak yang menyelamatkan diri dari keterkaitan pada kasus tersebut. Begitulah, keadilan di Indonesia. Disingkirkan karena benar.

Berkat upaya dan jasanya yang telah membantu memperjuangkan "HAM", Munir yang sebelumnya banyak mendapatkan penghargaan, diusulkan menjadi pahlawan nasional. Kini, Munir dimakamkan di Pemakaman Umum Kota Batu.
  • Nama : Munir Said Thalib
  • Profesi : Aktivis
  • Agama : Islam
  • Tempat Lahir : Malang
  • Tanggal Lahir : Rabu, 8 Desember 1965
  • Zodiac : Sagittarius
  • Warga Negara : Indonesia
  • Pendidikan : Fakultas Hukum Universitas Brawijaya