17 Tahun Kematian Munir, Inilah Beberapa Fakta Nya!
Pembunuhan Munir, menurut situs Kontras, merupakan serangan sistematis dan langsung terhadap penduduk sipil. Beberapa orang kuat diduga terlibat dalam kejahatan terorganisir.
Akibatnya, publik mulai meragukan komitmen pemerintah untuk melindungi para pembela hak asasi manusia,
Berikut beberapa detail pembunuhan Munir:
Dalam perjalanan untuk belajar, dia meninggal.
Munir meninggal di usia 39 tahun di atas pesawat Garuda Indonesia nomor GA-974. Dia pergi untuk menyelesaikan studinya di Universitas Utrecht pada saat itu. Munir meninggal saat dalam perjalanan ke Amsterdam, Belanda.
Racun digunakan untuk membunuhnya.
Munir diracun, menurut pihak berwenang Belanda, dua bulan setelah kematiannya. Ini ditemukan setelah bahan kimia arsenik ditemukan di tubuhnya selama otopsi, menurut etan.org. Bahan kimia telah ditemukan melebihi jumlah normal dalam urin, darah, dan jantung.
Keterlibatan Garuda
Kematian Munir menarik perhatian sejumlah pihak Garuda Indonesia. Mereka adalah Pollycarpus, pilot Garuda, dan Indra Setiawan, mantan Direktur Utama Garuda Indonesia.
Pollycarpus, yang mengaku sebagai awak kapal pada saat kejadian, dinyatakan bersalah membunuh Munir dengan menyuntikkan racun arsenik ke dalam tubuhnya.
Dia divonis 20 tahun penjara. Namun, keputusan hakim berubah sepanjang proses. Hukumannya dikurangi menjadi 14 tahun penjara setelah dia meminta sidang.
Pollycarpus dibebaskan dengan jaminan pada November 2014 dan dinyatakan bebas pada Agustus 2018. Sementara itu, Indra Setiawan dituduh membantu Pollycarpus dalam perbuatannya.
Ada banyak kejanggalan
Munir mendapat telepon dari seseorang bernama Pollycarpus tiga hari sebelum keberangkatan. Pollycarpus membenarkan bahwa Munir akan naik pesawat GA 974 dalam percakapan itu.
Dugaan partisipasi BIN
Muchdi Prawiro Pranjono, Deputi V BIN saat itu, menjadi terdakwa kasus pembunuhan Munir. Namun, pada 31 Desember 2008, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan membebaskannya dari semua tuduhan.
Muchdi dan Pollycarpus diperkirakan telah bertukar lebih dari 40 panggilan telepon sebelum dan sesudah Munir terbunuh. Muhdi melakukan 15 panggilan telepon ke Pollycarpus pada hari kematian Munir.
Sementara itu, Indra mengaku mendapat permintaan dari BIN, namun membantah menjadi bagian dari komplotan pembunuhan Munir.
Laporan Tim Pencari Fakta yang Hilang
Dokumen itu tidak pernah dipublikasikan sampai akhir masa kepresidenan SBY.
Materi dari kajian TPF tersebut secara misterius dinyatakan hilang saat rezim beralih ke Presiden Joko Widodo atau yang lebih dikenal dengan Jokowi. Absennya laporan itu akhirnya terdeteksi pada pertengahan Februari 2016. KontraS saat itu mendatangi kantor Sekretariat Negara, meminta penjelasan dan menuntut laporan TPF kematian Munir segera dirilis.
Itulah beberapa fakta tentang kematian Munir Said Thalib yang sampai sekarang kasus nya belum selesai.